Hai!
Bulan yang ditunggu pun tiba. Setahun yang lalu, tanggal 8 Mei, aku bertanding untuk babak pertama dari OSTN SMK 2014. As I told you before, sebelum ke nasional, aku harus berlomba di tingkat kota dulu. Aku harus melawan SMK negeri dan swasta di kota Jambi. Tahun-tahun sebelumnya, hanya pemenang pertama yang berhak melaju ke tingkat provinsi. Itu artinya, supaya bisa mencapai target aku, medali OSTN, aku harus bisa dapat juara pertama di tingkat kota ini.
***
Practice makes perfect. Kalimat itu sudah tidak diragukan lagi kebenarannya. Terus belajar dan berlatih menjawab soal, ini yang kulakukan hampir setiap hari. Namun, aku juga pengen tetap aktif di susunan Soka Gakkai Jambi, maksudnya organisasi. Di sini, aku udah mulai belajar bagi waktu. Ada waktu buat OSTN, ada waktu buat keluarga, dan ada waktu buat susunan.
Kemudian, berhubung aku masuk siang sekolahnya, Mama selalu nyuruh aku sapu dan pel dulu sebelum berangkat sekolah. Ini sejak pindah rumah pada bulan Februari 2014. Ketika itu, aku berpikir, ini saatnya aku benar-benar bantu Mama ngurus rumah. Kata orang, doa restu orangtua sangat menjamin. Dengan ini, aku berharap bisa mencapai target aku. Hihihi… Tapi, emang loh. Itu penting. Membantu orangtua sebenarnya juga udah membantu diri sendiri. Dan, kita akan lihat, apakah target aku benar-benar tercapai atau tidak. Lagian, hitung-hitung biar nambah karma baik kan? Wkwkwk.
Sekarang, kita menuju ke hari Kamis, tanggal 8 Mei 2014. Dengan mengenakan seragam kejuruan sekolah yang biasa dipakai pada hari Rabu dan Kamis, aku berangkat ke sekolah pada pagi hari. Kami berlima udah siap untuk bertanding di babak pertama OSTN SMK 2014. Sir William, salah satu pengurus yayasan sekolah aku, sudah siap untuk antarin kami ke SMKN 1 Kota Jambi. Sekitar pukul berapa gitu, kami mulai jalan. Aku udah lupa sih jam berapa lombanya mulai. Yang jelas, kami berangkat sekitar setengah jam sebelum dimulai. Kami berlima naik mobil Sir William. Adapun Bu Reinna Elsha, guru kimia, dan Bu Eka Haryati, guru matematika, menemani kami ke sana. Mereka sih naik motor. Perjalanan memakan waktu sekitar 15-20 menit. Dari Talang Banjar ke daerah Telanai.
Sesampai di SMKN 1, waktu itu masih sepi banget. Padahal, seharusnya kalo ontime, udah rame dong. Panitia aja belum datang. Ini ngaret deh. Yang datang baru sekolah aku dan SMK Pelita Raya. Nah, salah satu perwakilan dari SMK itu yang cowok, kayaknya udah pernah aku lihat sebelumnya. Rasanya pernah ketemu di suatu lomba gitu. Perasaan aku sih di lomba debat bahasa Inggris tahun 2013 gitu. Sekarang, dia ikut di bidang fisika.
Oh ya, SMK Pelita Raya waktu itu ada 3 orang yang mewakili. Bidang fisika, matematika teknologi, dan biologi. Seingat aku sih itu. CMIIW. Hehehe.. Mereka datang bersama guru fisikanya, Ibu Mega, yang tahun sebelumnya berhasil membawa siswinya meraih Juara Harapan I di Bandung. Bu Mega ini lumayan akrab dengan Bu Reinna dan Bu Mega sekolah aku (guru IPA).
Kemudian, kami disuruh masuk ke kelas yang emang udah diatur untuk lomba ini. Karena masih sepi, kami ngumpul di satu kelas dulu dan mulai buka buku lagi. SMK lain mulai berdatangan. Sampe jam berapa gitu, dan udah mulai rame, kami disuruh masuk ke ruangan lomba masing-masing. Wuih, mulai deg-degan nih!
Ditemani Bu Eka, aku masuk ke ruang biologi. Aku milih tempat duduk dekat jendela, nggak terlalu depan, enggak terlalu belakang. Kalo gak salah sih, bangku ketiga dari depan. Bangku-bangku mulai terisi. Tak lama kemudian, panitianya masuk ke dalam ruangan sambil membawa amplop soal. Udah mau mulai nih, sobat-sobat! Setelah diabsen, lembar soal dan jawaban mulai dibagi.
Nam-myoho-renge-kyo. Setelah sansho, aku buka soalnya dan mulai kerjain. Soalnya mudah? Enggak juga, bagi aku yang belajar dari nol. Susah? Sejujurnya sih enggak susah juga, yang penting hapal dan paham materinya jadi bisa analisis soalnya. Disediakan waktu 120 menit. Aku jawab yang pasti-pasti dulu sih, yang memang aku kuasai dulu. Sisanya yang ragu, aku skip dulu. Aku rasa, ini memang cara kita semua untuk jawab soal kan. Lembar jawabannya sempat aku coret-coret sih, karena setelah aku jawab, terus aku periksa lagi, jawabannya aku ubah. Ada 30 soal pilihan ganda dan 9 soal isian singkat. Nanggung ya, 39 soal. Mungkin kelupaan 1 soal deh.
Waktu habis, dan aku udah selesai. Setelah dikumpul, aku keluar dari ruangan, menemui Bu Eka dan Bu Reinna. Retta, Wina, Hardi, dan Stevanus juga sudah keluar dari ruangan. Kami semua diperbolehkan membawa pulang soalnya. Plus makanan ringan berupa kue yang udah disusun ke dalam kotak. Jumlah peserta sih sekitar 11-13 orang per bidangnya. Kemudian, kami berjalan keluar dari halaman SMKN 1. Bu Eka sudah telpon Sir William buat jemput. Akhirnya, kami kembali ke sekolah. Itu sekitar jam 11an.
Sampai di sekolah. Soal-soal kami dikumpulin untuk disimpan di sekolah. Aku sih minta salinannya, biar bisa dibahas lagi dengan Bu Evi.
Tiba-tiba, Sir Linus panggil kami semua. Waktu itu, beliau ada di lantai 2. Waduh, Sir pasti tanya tentang soal tadi deh, bisa jawab atau enggak. Dan benar saja. Kami semua ditanya, “Gimana tadi? Bisa jawab? Yakin bisa menang?”. Ya aku jawab jujur aja sesuai perhitungan aku, “Kalau aku sih, Sir, 60% jawaban aku pasti benar, sisanya ragu entah benar atau enggak.” Dalam hati, aku ngerasa optimis aja sih. Sir Linus sedikit kecewa mendengar jawaban aku, kelihatan dari mukanya. Sorry, Sir, daripada aku bohong, mendingan aku jujur kan cuma segitu. Lalu, beliau banyak tanya tentang bagaimana proses belajar aku dengan Bu Evi. Sir khawatir banget deh. Trus, jawaban dari Retta dan Wina juga demikian. 50:50 lah. Enggak ada yang berani jawab 100% bisa.
Oh ya, Wina sempat bilang ke kami, kalau ada dugaan kecurangan di salah satu SMK. Gimana nggak curiga, pas lagi kerjain soal, ada salah satu pengawas yang senantiasa berdiri di sebelah salah seorang peserta lomba. Kayaknya, pengawas itu kasih tau jawaban. Benar itu kecurangan atau enggak, kami cuma berharap, hasilnya benar-benar murni. Ngeri juga, deng, cuma seorang yang bisa ke provinsi.
Sambil menunggu hasil yang katanya bakal dikasih tau hari Sabtu-nya, kami ‘dituntut’ untuk tetap belajar. Menang atau nggak, pokoknya belajar dulu materi untuk provinsi. Jadi, setiap pagi, aku masih ke rumah Bu Evi. Aku segera koreksi jawaban aku dengan beliau. Dan, ternyata sekitar 70%-80% jawaban aku benar. Wah, tambah optimis dah.
***
Seminggu berlalu, hasil tak kunjung keluar. Tetap daimoku dan teguhkan tekad.
Tak lama kemudian, ternyata dugaan Wina kayaknya benar deh. Soalnya, untuk bidang kimia dan matematika teknologi, lombanya diulang. Jadi, Wina dan Hardi pergi ke Dinas Pendidikan Kota Jambi untuk ngulang. Hingga akhirnya, dua minggu kemudian, hasilnya keluar juga.
W-o-w! Thanks, Gohonzon! Aku berhasil dapat juara pertama. Itu artinya, aku berhasil masuk ke tingkat provinsi.
Bagaimana dengan yang lain? Nah, jadi, hasil pengulangan Wina dan Hardi membawa mereka mendapat juara pertama. Namun, sayangnya hasil tersebut tidak diterima. Gak tau kenapa. Sehingga, hasil lomba yang awal yang diterima. Biar ketegangan bisa diredakan, panitia memutuskan bahwa juara pertama hingga ketiga tingkat kota berhak melaju ke tingkat provinsi. Untung aja diambil tiga besar, jadi Wina, Retta dan Hardi masih lanjut ke provinsi. Coba kalau cuma juara pertama, cuma aku sendiri yang lanjut. Ini doa aku udah mulai terkabul. Aku kan juga berdoa supaya lomba ini tetap menjunjung tinggu kejujuran dan supaya mereka bisa lolos terus sampe nasional.
Maka, kami berempat, kecuali Stevanus, bisa lolos ke provinsi. Stevanus yang masih kelas X, harus berhenti perjuangannya. Sekolah aku lagi-lagi kehilangan piala fisika untuk kedua kalinya.
Fiuh~
Panjang juga nih cerita babak pertama. Selanjutnya, aku berfokus untuk lomba tingkat provinsi yang diselenggarakan pada tanggal 26-29 Mei 2014.
Target masih sama: medali OSTN (peringkat tiga besar) dan bunkasai nasional.
See ya on the next post!