Dream Bigger, Reach Higher: Menuju Babak Terakhir II

Hai!

Pembinaan sesi pertama telah usai. Meski bulan puasa, aku, Wina, dan Retta tetap disuruh ke sekolah untuk belajar. Kami benar-benar ditempa dengan materi selama berbulan-bulan. Semoga bisa membawa hasil yang baik!

***

Oke.

Ketika teman-teman sekelas aku sedang sibuk magang, kami bertiga tidak ikut magang. Praktik magang dilaksanakan selama 2 bulan, dari 19 Mei sampai dengan 19 Juli. Berhubung tidak ikut magang, jadi kami bertiga disuruh ke sekolah. Meskipun bulan Juni adalah bulannya liburan kenaikan kelas, kami tetap ke sekolah buat belajar. Bulan puasa sekalipun tetap ke sekolah.

Hingga tibalah bulan Agustus. Walaupun proses belajar mengajar tahun ajaran baru telah dimulai sejak pertengahan bulan Juli, kami tetap di perpustakaan, enggak ke kelas. Kami udah kelas XII nih. Di bulan inilah, aku benar-benar ketinggalan semua pelajaran di kelas. Tapi, bagi aku, aku mau fokus untuk lomba. Aku menantang diri aku supaya bisa dapat ranking pertama di kelas semester I ini, walau tidak mengikuti pelajaran selama satu bulan lebih. **menghela nafas**

Sejak tanggal 6 sampai dengan 26 Agustus, pembinaan dipusatkan di SMAN 3 Kota Jambi. Nah, karena si Bagus tinggalnya di luar kota Jambi, jadi dia tetap nginap di Edotel. Setiap pagi, dia diantar oleh Pak Ilham, kayak event organizer untuk pembinaan ini. Biar kata di sekolahan orang, makanan tetap diantarin. Hahaha.

Biologi dan matematika belajar di laboratorium biologi. Fisika di lab fisika. Sedangkan kimia, kadang di lab kimianya SMAN 3, kadang ke SMA Xaverius 1, SMA Adhyaksa, bahkan ke SMAN 1 Kota Jambi. Wah. Beruntung si Wina pake motor. Itu semua adalah sekolah-sekolahnya guru kimia Wina.

Selama bulan ini, aku diajarin sama Bu Evi, full tiap hari. Mau gantian sama Pak Nugroho dan Pak Samuri, tapi mereka berdua sibuk. Di sinilah aku diajarkan kembali cara menggunakan peralatan laboratorium. Selain praktikum, juga masih belajar yang teori.

***

Kembali lagi, ada cerita lucu selama praktikum. Ceritanya kan mau praktik mengamati respirasi serangga, diambil kecoak. Malam harinya, aku sama Papa ambil kecoak di selokan depan rumah. Aku ngga berani ambil sendiri. Megang aja ngga berani. Papa yang tangkap, dengan peralatan sederhana: sapu dan pasangannya (aku ngga tau sebutannya apa, yang aku tau, dalam bahasa Hokkien disebut ‘puntao’). Ketangkap juga sih kecoaknya. Tapi, kakinya udah copot satu buah. Itupun Mama yang masukin ke dalam botol. Aku sama sekali ngga berani. Ngga kebayang kalo seandainya nanti pas lomba praktikumnya adalah respirasi kecoak ini. Waduh.

Ini belum nyampe di bagian lucunya. Esok paginya, kecoaknya mati. Hadeh -_-. Padahal di botol itu dikasih lubang banyak-banyak. Jadi, pagi-pagi, Mama ambil lagi kecoaknya. Kali ini, kecoaknya sehat, engga copot kakinya. Wkwkwk. Lalu dibawalah ke SMAN 3. Selama perjalanan, aku yang pegang botolnya. Rada jijik sama takut juga sih. Sesampainya di laboratorium, kecoaknya mau dimasukin ke alat untuk praktikum itu. Nah, aku mundur pelan-pelan, sementara Bu Evi mulai buka botolnya untuk ambil kecoak. Pas dibuka, eh, kecoaknya loncat dan kabur! Aku sendiri ikutan loncat, karena terkejut, lalu jatuh. Detik-detik kronologinya adalah: kecoak loncat, aku terkejut, aku mundur dengan gerakan cepat, lalu aku terjatuh ke lantai dengan posisi duduk karena licin! Astagaaaaa! Malu, cuy. Si Frengki, anak SMAN 3 yang mewakili provinsi Jambi dalam OSN Ekonomi, juga ada di sana. Aduh. Seisi ruangan tertawa semua. Bu Evi masih sibuk nangkap kecoanya. Pak D, guru matematika yang lagi ngajar Retta dan Bagus, ikut bantu Bu Evi. >,<

Setelah jerih payah kejar kecoaknya, akhirnya ia berhasil dimasukkan ke dalam alat itu. Fiuh! Sorry, kecoak. Tapi, aku berterima kasih padamu, kecoak! Hihihi.

***

Valdi Setiawan, anak SMA Titian Teras HAS, mewakili provinsi Jambi dalam OSN Biologi. Dia satu-satunya perwakilan bidang biologi SMA. Nah, ada beberapa kali dia juga ikutan praktik di lab. Kadang, kami berdua juga belajar teori.

Valdi juga dapat giliran praktik respirasi hewan. Dia beli jangkrik, banyak banget. Jangkrik kecil. Aku ngga mau ikutan dah. Waktu aku praktik kecoak itu, dia belum belajar di lab.

Dari situ, aku berharap supaya praktikumnya sama sekali tidak ada pake hewan hidup. Ngga tega juga kalo mau bunuh.

Kata Bu Evi, praktikum OSTN SMK ini sama dengan praktikumnya anak SMA yang biasa di sekolahan. Jadi ya, aku dibekali semua praktikum biologi SMA.

***

Kadang, kami berlima merasa bosan. Gimana enggak. Dari pagi sampe sore, kami hanya bertatapan dengan kertas dan tulisan. Jadi, biar ga bosan, kami cerita-cerita. Setelah makan siang, yang muslim bakal sholat dulu. Nah, di waktu itulah, kami ngumpul buat cerita. Makan aja pun ngumpul di satu tempat. Biasa sih di lab fisika, karena di sana banyak mainan. Wkwkwk. Banyak alat di sana. Hasil tugas fisika anak-anak sana kan ditaruh di dalam lab itu. Beda dengan lab biologi yang ngga ada mainan. Cuma ada pipet tetes, tabung, gelas, mikroskop, alat peraga, kaca, dan saudara-saudara mereka yang lain.

***

Malam hari, aku tetap hadir untuk latihan DD di lapangan parkir KONI. Pertemuan juga tetap datang. Daimoku tetap aku laksanakan. Waktu terus berjalan. Hari-H semakin dekat. Api semangat semakin besar. Aku pasti bisa, aku pasti ‘menang’!

Tinggal beberapa hari lagi, aku akan berangkat ke Lombok. Para kontingen OSN SMA dan SMK provinsi Jambi sudah dilepas oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jambi.

Tanggal 1 September 2014, pukul 10 pagi, aku pergi ke bandara, diantar Papa dan Mama. Sebelum ke bandara, Papa suruh aku daimoku dulu. Penerbangan ke Lombok memakan waktu yang lama. Kami, dari Jambi, harus transit ke Jakarta dulu. Tengah hari, kami ‘terbang’ ke Jakarta dengan maskapai Lion Air.

See ya!

Ancang-ancang ke Mataram