Dream Bigger, Reach Higher: One More ‘Fight’

Dream Bigger, Reach Higher: One More ‘Fight’

Hai!

Targetku dalam OSTN SMK telah tercapai. Aku benar-benar meraihnya! Perjuangan di usia ke-17 belum selesai. Masih ada satu target lagi yang sedang kuperjuangkan: Bunkasai nasional!

***

Dua target besar tahun 2014: medali [emas] dan bunkasai nasional.

Aku telah berhasil mencapai target pertama. Sekarang, aku fokus pada pencapaian kemenangan target kedua. Sepulang dari Mataram, aku kembali menjalani hari-hari seperti biasa, sebagai pelajar ‘biasa’.

Waktu latihan tersisa sebulan lagi. Aku mengikuti latihan dengan sungguh-sungguh. Aku ingin target keduaku juga tercapai dengan luar biasa.

Memainkan bendera besar bukan sesuatu yang mudah bagi seorang perempuan bertubuh kurus sepertiku. Ya, aku memang kurus di antara pemain bendera besar lainnya. Tapi, aku bertekad untuk kuat! Aku ingin memainkan bendera besar ini dengan ‘sempurna’.

Aku menggunakan uang hasil lombaku untuk membiayai biaya bunkasai, sehingga meringankan keuangan orangtua. Papa ikut berpartisipasi sebagai performer Paduan Suara, Mama ikut nampil Angklung. Adik pertamaku, Vincent, berpartisipasi dalam Kumitaisho. Kami berempat pasti pergi ke Jakarta. Masih ada dua orang adikku lagi, yang saat itu tidak berpartisipasi sebagai performer, namun ingin turut menyaksikan penampilan kami. Mereka berdua dijadwalkan berangkat bersama Papa, pada tanggal 10 Oktober.

Kendalaku untuk target kedua ini adalah izin sekolah. Ternyata, menjelang keberangkatan ke Jakarta, aku sedang menghadapi Ujian Tengah Semester Ganjil. Aku harus berada di Jakarta sejak tanggal 9 Oktober. Di tanggal itu, aku masih menghadapi UTS. Bukan hanya aku seorang. Ada 10 orang lainnya yang juga mengalami hal yang sama. Apalagi, beberapa di antaranya sudah kelas XII, seperti aku. Biasanya, sekolah tidak akan memberikan izin terlalu lama untuk siswa kelas XII, karena ini adalah tahun terakhir, dan akan segera menghadapi UN untuk kelulusan.

Aku berdaimoku agar masalah itu bisa teratasi. Aku berdoa agar Pak Vena, kepala sekolah, bisa memberikan izin pada kami semua selama tanggal 9 sampai dengan 13 Oktober.

Jauh hari sebelum hari-H, Mama sempatkan diri ke sekolah untuk menemui beliau. Mama ingin memberitahu beliau bahwa aku dan ketiga adik-adikku akan berangkat selama 7 hari (9-16 Oktober), hanya kami berempat. Rencana Mama, setelah bunkasai, kami akan mengunjungi keluarga Mama yang ada di Jakarta. Ada Pho-pho dan Kong-kong (nenek dan kakek kami, orangtua Mama), dan saudara Mama di sana.

Pak Vena hanya mengatakan, “Masih lama, ya. Nanti kalo sudah tinggal seminggu, jangan lupa kasih surat saja.” Entah itu artinya beliau mengizinkan, atau tidak. Aku menganggap beliau mengizinkan.

Seminggu sebelum keberangkatan, aku dan yang lainnya mulai memberikan surat kepada beliau. Izin lebih dari 3 hari, harus mengajukan kepada kepala sekolah.

Tiga hari sebelum keberangkatan, saat masih UTS, Cindy, salah satu anggota DD (Dynamic Dance), memberikan surat itu pada wali kelasnya, Bu Rahayu. Kemudian, Bu Rahayu langsung memberikannya kepada Pak Vena. Tanpa basa basi, ternyata Pak Vena langsung memberikan izin pada Cindy!

Kabar bahagia itu membuat kami semua semangat. Esok harinya, satu per satu mulai memberikan surat itu kepada wali kelas dan kepala sekolah. “Oh, Soka Gakkai. Ya sudah, diberikan izin,” kata Pak Vena. Kami semua diberikan izin dari sekolah! Benar-benar luar biasa. Beliau hanya berpesan bahwa kami harus segera melakukan ujian susulan sepulang dari Jakarta.

***

Saat itu, Jambi sedang diselimuti oleh kabut asap yang cukup tebal dan beberapa penerbangan sering ditunda, bahkan ditiadakan. Pada tanggal 9 Oktober, tim DD, kumitaisho, dan angklung (divisi ibu) dengan percaya, yakin bahwa pesawat kami semua pasti bisa terbang ke Jakarta. Benar saja. Kami semua tiba di Jakarta dengan selamat, lancar.

Esok harinya, 10 Oktober, giliran tim paduan suara (divisi bapak) berangkat ke Jakarta. Papa dan dua orang adikku berangkat pada hari itu. Sementara masih ada 2 orang performer DD Jambi yang belum berangkat, Vela dan Dewi, yang sebenarnya dijadwalkan berangkat pada tanggal 10 Oktober. Namun, kabut sangat tebal sehingga semua penerbangan dibatalkan dan diganti besok.

Setiap performer sudah melakukan latihan bersama. DD mengadakan latihan di GOR di Sunter. Kami diantar dengan menggunakan bus ke sana. Kami sangat takut bila kabut masih menyelimuti Jambi sehingga performer yang masih ada di Jambi tidak bisa tampil. Daimoku semakin kuat. Mereka pasti bisa sampai di Jakarta. Mereka pasti bisa tampil di bunkasai!

***

Melakukan latihan bersama untuk pertama kali bukan hal yang mudah. Selama berbulan-bulan, masing-masing daerah hanya berlatih untuk bagian masing-masing. Awalnya, kami sangat berantakan. Namun, setelah berkali-kali latihan, kami mulai membaik. Setidaknya, tidak terbilang buruk lagi. Namun masih harus latihan lagi agar bisa lebih bagus lagi.

Kami mulai mengenal satu sama lain. Ada yang berasal dari Surabaya, Batam, Jakarta, Tangerang, dan wilayah lain. Sepupuku di Batam, Amelia dan Sheila, juga ikut dalam DD. Mamanya ikut angklung, Papanya bergabung dalam paduan suara. Keluarga yang hebat.

Hari ini cukup melelahkan, tetapi besok pasti lebih melelahkan. Aku menyukai setiap latihan yang ada, sejak di Jambi. Aku memanfaatkan latihan tersebut sebagai olahraga bagiku. Meskipun aku bertubuh kurus, aku terinspirasi untuk menjadi kuat dan bugar.

Pada perjalanan pulang kembali ke hotel setelah latihan, entah apa yang terjadi, aku mulai merasakan sakit kepala. Semakin larutnya malam, semakin sakit pula. Bahkan sulit untuk tidur. Aku hanya berdaimoku dalam hati. Sakit kepala ini tidak boleh menggangguku saat latihan dan tampil. Sakit ini harus hilang pada hari-H! Pelan-pelan, aku bisa tertidur dengan pulas.

Aku berada dalam satu kamar bersama Ce Evita yang juga DD Jambi. Dia paling tahu bagaimana aku meringis kesakitan pada malam itu, karena dia selalu berada di kamar menemaniku. Ce Evita telah melalui banyak rintangan dan kesulitan. Pada awalnya, dia bahkan tidak bisa ikut latihan di Jambi. Namun dia tetap ingin berpartisipasi. Semangatnya berhasil membawanya menang atas kesulitannya. Meskipun dia sempat berniat untuk mengundurkan diri di saat-saat terakhir, dia berhasil melawan pikiran buruknya itu. Dia tetap ikut tampil. Bahkan, penampilannya bagus sekali. Dia selalu bisa membuat orang-orang di sekitarnya untuk terus tertawa bahagia, termasuk saat aku sedang sakit kepala ini. Salut buat Ce Evita!

***

11 Oktober. H-1. Semua performer mulai melakukan gladi kotor dan blocking di Istora Senayan, Gelora Bung Karno, tempat kami akan tampil besok. Kami menghabiskan sepanjang hari di sini.

Hampir setengah hari, mungkin sudah lewat, akhirnya, mereka yang masih berada di Jambi bisa tiba di Jakarta! Mereka bisa tampil untuk bunkasai! Kemenangan yang luar biasa. Kini, semua anggota telah lengkap. Tidak ada yang tertinggal satupun.

Sifat burukku kembali muncul setelah lama kupendam. Marah. Dulu, aku memang mudah sekali untuk marah. Aku mudah sekali untuk berbicara dengan nada tinggi pada temanku. Itu sudah hampir 4 tahun yang lalu.

Ketika sedang perform, tepatnya pada saat pergantian bagian, di mana DD Jambi harus keluar dari ‘panggung’ dan saat itu adalah giliran daerah lain. Aku terus berlari, sebagaimana anggota DD Jambi lainnya. Ketika tiba di pintu, aku terhambat dan tidak bisa berlari lagi, padahal seharusnya orang di depanku bisa lebih cepat masuk dan terus berlari agar tidak bertabrakan. Aku malah berteriak, “Lari! Lari, woi!” Seseorang menyeletukku, “Ssst! Jangan teriak!”

Setelah bagian itu, aku sadar, aku mengeluarkan sifat burukku. Aku membuat keributan. Tapi, aku merasa orang di depanku seharusnya yang bersalah karena tidak berlari dengan cepat. Tak lama kemudian, pikiran itu hilang seketika. Aku kembali fokus untuk latihan.

Setiap latihan, aku belum bisa menahan teriakanku. Aku masih berteriak. Kadang, bila aku kesal saat salah seorang salah, aku akan menunjukkan ekspresi marah, meski tidak berteriak. Aku tidak ingat berapa kali aku marah di hari itu.

Pada akhirnya, aku sadar. Ini adalah kesempatan untuk merombak sifat burukku. Aku harus bisa mengontrol diriku. Aku sadar. Memarahi seseorang hanya akan menurunkan semangatnya, dan pada akhirnya, penampilan kami bisa menjadi buruk. Aku menenangkan diri. Aku bertekad untuk tidak mengulanginya kembali.

Sepulang dari latihan, sakit yang sama kembali melanda. Kali ini, lebih sakit. Bahkan pandanganku terpengaruh. Selain sakit, aku merasa pusing. Aku tidak mengonsumsi obat apapun. Aku yakin, ini karena terlalu lelah. Aku pasti kuat! Besok adalah hari-H dan aku tidak akan membiarkan sakit ini mengganggu. Buktinya saja, saat latihan tadi, aku tidak merasakan sakit apapun.

***

12 Oktober. Inilah harinya! Selangkah lagi, aku bisa meraih target keduaku ini. Aku bertekad untuk melakukan yang terbaik. Sejak awal, aku juga berdoa untuk kesehatan supaya semua anggota tetap dalam keadaan yang fit dan dapat tampil dengan ‘terbaik’.

Sakit kepalaku hilang secara tidak kusadari.

Saat giliran Dynamic Dance… DD Jambi telah bersiap dengan bendera besarnya. Usai Kumitaisho, musik DD pun dimulai. Aku berlari dari ujung kanan ke sisi kiri. Setelah mendapati posisiku dengan mantap, aku mulai mengayunkan benderaku, sesuai dengan irama musik. Begitupun anggota DD Jambi yang lain. Di satu bagian, kami akan membentuk lingkaran. Kemudian kembali ke sisi kanan dan kiri. Saat musik berganti, giliran DD Jakarta yang menunjukkan kebolehan dengan bendera berwarna merah muda. DD Jambi keluar dari panggung. Tibalah giliran DD Batam. Gerakan mereka sangat indah, mengikuti alunan musik yang sedang ‘tenang’. Saat irama musik kembali naik dan cepat, DD Jakarta lainnya masuk. Melemparkan bendera menjadi keahlian mereka. Hingga tiba giliran pemain bendera kupu-kupu. Mereka sempat membentuk formasi huruf JOSHO. Dan, saat-saat yang paling ditunggu pun tiba. Semua DD kini berdiri di panggung. Kali ini, DD Jambi membawa bendera berwarna merah putih. Terakhir, DD menampilkan peta kepulauan Indonesia, dan seseorang mengayunkan bendera Soka Gakkai di tengahnya.

Dynamic Dance Dynamic Dance

Salah satu bagian akhir dalam penampilan Dynamic Dance. DD Jambi memainkan bendera merah putih besar itu, di tengahnya terdapat puluhan pemain bendera kupu-kupu. Di kursi tribun, adalah performer Angklung (kiri) dan Paduan Suara (kanan).

Penampilan kami menutup serangkaian acara festival kebudayaan ini. Semua performer akan keluar dan itulah saatnya finale.

Acara ini juga dihadiri oleh beberapa menteri, tokoh agama dan masyarakat, veteran, dan ribuan orang lainnya. Bapak M. Nuh, Mendikbud, yang mengalungkanku medali emas pada OSN sebulan yang lalu, juga turut hadir.

Aku menitikkan air mata saat acara berakhir. Aku tidak sendirian. Banyak yang demikian. Aku menangis bahagia. Aku telah mengukir tinta emas di usia 17 tahunku ini. Aku menang!

All performers All performers

Foto-foto lainnya dapat dilihat di halaman Facebook Festival Budaya dan Pameran Edukatif.

Epilog