Hai!
Tibalah hari-hari mendebarkan. Perjuanganku selama seminggu di Mataram dalam OSTN SMK 2014 dirangkum dalam tiga bagian. Dan, ini adalah bagian pertama. Siap berkompetisi!
***
Bandara Sultan Thaha Syaifudin Jambi mulai dipadati oleh rombongan berpakaian sewarna yang sedang membawa koper masing-masing. Ada rombongan yang berbaju hijau, ada juga yang berbaju putih. Aku ada di antara mereka yang berbaju hijau. Sementara, rombongan berbaju putih adalah rombongan OSN SMA Jambi. Bukan hanya dua rombongan itu. Orang dewasa dengan pakaian beragam turut meramaikan teras bandara. Mereka adalah orangtua beruntung yang anaknya akan segera pergi meninggalkan rumah untuk seminggu ke depan.
Aku, Retta, Wina, Fritz, dan Bagus. Bu Narti, Bu Novi, Bu Reinna, Bu Mega, dan Bu Nirmawani. Ini rombongan OSTN SMK. Ditambah dengan dua orang guru yang mewakili dinas provinsi, Pak Himawan dan Pak D. Sianturi.
I saw my parents staring at me. After all contingents were completely here, we took our steps to enter the departure room. We were checked and now we were in. I still could see my parents standing out there. After all procedures were done, we entered the waiting room. Then we sat and waited for our flight. It took about 1,5 hours staying here. Until it was announced that the plane we took to depart had landed and the passengers were pleased to get in the plane. We started queuing to get out of that room, showed our tickets, and took steps to the plane.
***
Aku harus menikmati waktu selama hampir 1 jam, duduk di dalam pesawat. Untuk mengusir kebosanan, aku mengeluarkan kertas soal-soal yang memang telah aku persiapkan. Kadang, aku mengamati sekeliling dan enjoy the flight. Hingga akhirnya pesawat mendarat di bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Kami harus transit ke Jakarta, kemudian naik pesawat lagi 2 jam kemudian menuju ke Lombok. Penerbangan sempat tertunda lama saat menunggu penerbangan menuju Lombok.
Petang hari, kami dipanggil kembali untuk naik ke pesawat yang akan membawa kami ke Lombok. Penerbangan kali ini memakan waktu lebih lama dari penerbangan Jambi-Jakarta. Aku masih melakukan hal yang sama seperti penerbangan sebelumnya. Kami tiba di Bandara Internasional Praya, Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada malam hari. Provinsi NTB menggunakan zona Waktu Indonesia Tengah (WITA), berbeda satu jam lebih awal dari WIB.
Setelah mengambil koper dan barang lainnya, kami melangkah keluar dari bandara. Aku melihat masih banyak kontingen dari provinsi lain yang juga baru datang. Para kontingen disambut oleh alunan musik yang dimainkan beberapa orang pria. I guess, they had been here since morning. Kontingen akan dijemput menggunakan bus.
Permainan alat musik daerah
Kontingen OSTN SMK Jambi sendiri harus menunggu cukup lama di sana, hingga tibalah sebuah minibus berwarna abu-abu berhenti di depan. Kendaraan ini mengantar kami ke Hotel Jayakarta Lombok.
Kembali, kami ‘disambut’ oleh puluhan spanduk dan reklame perhelatan olimpiade sains terbesar di Indonesia ini, yang terpasang di sepanjang jalanan dan di hotel itu sendiri. They were waving, seolah-olah mengucapkan, Selamat datang! Berkompetisilah menjadi yang terbaik!
Kami melakukan registrasi ulang di sebuah ruangan yang sudah disediakan. Mengisi absen, mengisi data diri di sebuah kertas, mendapatkan name tag, mengambil kunci kamar, mendapatkan tas ransel dan baju kaos OSTN, terakhir, mengambil kotak makanan.
Aku, Retta, dan Wina memutuskan untuk menghabiskan makan malam di dalam kamar. Kami bertiga kembali sekamar. Sedangkan Fritz dan Bagus sekamar dengan kontingen asal provinsi Kalimantan Barat bidang kimia, Tegar.
Setelah memastikan semua keperluan telah dibawa, aku, Retta, dan Wina keluar dari kamar dan berjalan menuju ke ruang makan untuk sarapan. I saw many people from many provinces were wearing their local batik. Me, too.
Waktu sarapan usai, dan puluhan bus telah menunggu di depan hotel. Kami berangkat ke Hotel Lombok Raya untuk menghadiri Acara Pembukaan Olimpiade Sains Nasional XIII. Aku mulai mengenali karakteristik setiap daerah, mulai dari gaya bahasa, kebudayaan, hingga fisik. Aku merasa sangat beruntung bisa mendapatkan kesempatan emas untuk bertemu dengan keberagaman yang selama ini Indonesia miliki. Aku sangat kagum.
Kekagumanku lalu berhenti saat bus telah sampai di tujuan. Kami semua bergegas turun dan masuk ke dalam hotel tersebut. Kami memasuki sebuah ruangan besar, di mana ribuan kursi telah tersusun rapi. Kami bukan yang pertama datang, juga bukan yang terakhir. Acara pembukaan berlangsung cukup meriah dan berjalan dengan lancar.
***
Tengah hari… Selesainya acara tersebut menandakan bahwa kami harus pergi ke lokasi lomba masing-masing bidang untuk Technical Meeting. OSTN SMK berpusat di Universitas Mataram (also known simply as Unram). Bus membawa peserta SMK ke sana. Setiap bidang berada di ruangan yang berbeda. Tampaknya, itu adalah ruang kuliah mahasiswa Unram. Aku masuk ke dalam ruang untuk peserta bidang biologi. Tanpa perlu menunggu lama, para juri memperkenalkan diri dan memulai technical meeting. Suasana benar-benar sunyi. Hanya ada suara para juri. Para peserta mendengarkan kata demi kata yang terucap oleh para juri. Juga, para peserta mengambil nomor peserta. I get number 3!
Untuk biologi sendiri, mekanisme lombanya adalah sebagai berikut. Hari pertama (3 Sept): Teori I dan Teori II. Teori I berisi 75 soal pilihan (pilihan ganda, asosiasi, dan sebab-akibat) dan isian singkat. Sementara, Teori II menguji pemahaman dengan memberikan 10 soal uraian. Hari kedua (4 Sept): Praktikum. Ada 3 macam praktikum yang wajib diikuti semua peserta, dibagi dalam 2 sesi. Dari 30an peserta, akan dibagi menjadi 2 kelompok sesuai dengan urutan nomor peserta.
Aku sempat berkenalan dengan salah satu peserta. Asalnya dari Ambon. Dia tampak santai, seolah tak ada yang membebani pikirannya. Kami semua diajak ke laboratorium biologi Unram dengan berjalan kaki. Aku berjalan di sebelah Bu Narti. Di laboratorium tersebut, kami diberitahukan bahwa pada sesi praktikum akan menggunakan mikroskop binokuler pada salah satu praktikumnya, untuk mengamati mikroalga. Aku sendiri tidak pernah menggunakan mikroskop binokuler, hanya pernah menggunakan monokuler. Untung saja, para juri memberitahu bagaimana cara menggunakannya. Pada dasarnya, sama saja dengan monokuler.
Usai sudah technical meeting. Saatnya kembali ke hotel untuk istirahat. Besok adalah perang! Aku harus mempersiapkan diri dengan baik malam ini.
Setelah berdaimoku di dalam kamar, aku mulai mengulang materi. Begitupun yang lain. Mereka belajar dengan guru masing-masing. Aku belajar sendiri, karena tidak ada guru biologi yang turut ke Mataram. Bu Narti sendiri adalah guru komputer.
***
Aku telah mengenali beberapa wajah perwakilan provinsi lain. Aku tahu, pulau Jawa selalu mendominasi medali. Aku bertekad untuk memecahkan rekor ini. Aku akan menjadi perwakilan dari Sumatera yang juga bisa mendapat medali. I don’t underestimate them, yet not overestimate myself.
Aku tidur di tempat tidur kecil ini. Itu barang-barang aku semua. Ini aku jepret pada sore hari, 2 Sept.
Mungkin, matahari belum terbit saat aku bangun. Ini masih subuh. Semalam, aku sempat melakukan chatting melalui BBM dengan Nifen, kakak kelasku yang tahun lalu meraih Juara Harapan I bidang biologi. Nifen mengaku bahwa ia bangun ketika hari masih subuh dan segera mengulang materi. Ya. Aku melakukan hal yang sama. Retta dan Wina juga demikian. Mungkin kontingen lain juga demikian, bangun pada subuh, lalu belajar.
Selepas waktu sarapan, semua kontingen diantar ke Unram dengan bus kemarin. Hari ini adalah hari perlombaan sesi teori. Sepanjang perjalanan, aku melihat kontingen daerah lain mulai membuka buku. Aku tidak bisa terlalu lama memandang buku di dalam kendaraan. Jadi, aku hanya mengulang materi yang menjadi kelemahanku. Aku tetap melaksanakan gongyo, dalam hati.
Tiba di Unram. Dengan seragam jurusan multimedia berwarna hijau, aku didampingi Bu Narti. Aku masuk ke ruangan yang sama saat technical meeting. Aku duduk di bangku yang sudah ditandai nomor 3.
Eitsss, ini ada foto yang diambil oleh Bu Narti pada detik-detik sebelum lomba teori dimulai. :D
Teori I dimulai, selama 90 menit. Bukan waktu yang cukup untuk menjawab 50 soal pilihan dan 25 soal isian singkat. Tak ada lagi guru pembimbing yang berada di dalam ruangan. Hanya ada para peserta dan juri. Aku tahu, dinginnya suhu pendingin ruangan mulai terasa. Aku tetap berusaha fokus. Aku menganalisa semua soal supaya aku bisa menjawab dengan baik. Awalnya, aku tidak menjumpai kesulitan berarti. Soal-soal yang menurutku sulit dan menyimpan keraguan, aku biarkan kosong dulu. Setelah semua soal mudah terjawab, giliran soal sulit yang harus aku pecahkan segera, atau aku akan kehabisan waktu.
Waktu hampir usai. Masih ada beberapa soal, di bagian isian singkat, yang belum terjawab. Aku berusaha tetap tenang. Sambil berdaimoku dalam hati, aku coba menjawabnya. Sampai waktu telah habis, aku menjawab soal-soal sulit terakhir dengan buru-buru dan tampaknya asal-asalan. Teori I pun selesai. Dan kami diminta untuk keluar ruangan. 30 menit kemudian, kami akan masuk kembali untuk Teori II.
Aku tak mau terlalu memikirkan soal-soal sulit tadi. Aku memutuskan untuk membaca materi lagi agar mempertajam analisa dan pemahamanku. Aku melihat kontingen lain mulai menunjukkan wajah khawatir. But I have to keep calm, relax.
30 menit berlalu. Saatnya masuk kembali ke dalam ruangan untuk Teori II. Lama waktu pengerjaannya adalah 60 menit. Sepuluh soal yang membutuhkan penjelasan panjang. Aku rasa, 60 menit cukup untuk 10 soal uraian. Setelah menyebut Nam-myoho-renge-kyo tiga kali, kubuka soalnya. Untuk Teori II ini, aku tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikannya. Aku telah selesai menjawab semua soal sebelum 60 menit. Aku merasa, soal-soal ini lebih mudah dari soal tadi. Setiap jawaban yang aku tulis, aku berusaha untuk menjelaskan sebaik-baiknya. Juri memutuskan untuk menambah waktu pengerjaan. Aku melihat jawabanku kembali, untuk memastikan, apakah benar-benar sesuai dengan apa yang ditanyakan.
Teori II selesai. Aku keluar dari ruangan itu bersama kontingen lain. Sambil menunggu temanku yang lain, aku dan Bu Narti menghabiskan makan siang. Akhirnya, kami semua kembali ke hotel. Aku sempat menceritakan bagaimana aku menjawab soal-soal tadi kepada Bu Evi dan Sir Linus melalui telepon, dan kepada orangtuaku melalui BBM.
***
Setelah beristirahat, kali ini aku fokus pada sesi praktikum. Sepanjang malam seusai daimoku, aku membaca buku praktikum yang Bu Evi pinjamkan padaku. Sementara temanku yang lain belajar dengan guru mereka. Wina dan Fritz harus bisa lolos 15 besar sesi teori tadi pagi supaya bisa melanjutkan sesi praktikum. Sementara Retta dan Bagus akan kembali mengerjakan soal teori, Teori III, dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
Not a bad day. I’m thankful.