Kata temenku, “Bandung itu kota yang ngangenin!”
Setelah beberapa bulan berdiam diri di rumah karena kebijakan PSBB dan WFH, akhirnya menghirup udara luar kota, tepatnya kota Bandung di bulan Agustus kemarin. Pake masker, sedia hand sanitizer, jaga jarak dengan orang sekitar, otw ke Bandung 🚗
Ini kayaknya traveling luar kota spontan pertama dalam sejarah hidupku.
Singkat cerita (memang singkat sih karena cuma seminggu sejak dibahas), diputuskan untuk short escape ke Bandung pada liburan weekend Agustus kemarin. Hanya mengunjungi tempat wisata alam, soalnya terbuka dan lebih luas, jadi penerapan jaga jarak fisik dengan orang-orang juga tetap bisa terjaga.
Di post ini aku mau share trip aku dan temen-temen waktu ke Bandung kemarin. Total ada 13 tempat yang dikunjungi.
Mungkin bisa masuk ke daftar tempat yang bisa kamu kunjungi kalau mau ke Bandung 3D2N 👇
***
Hari ke-1. Tiba di Bandung udah siang, boleh banget untuk nyobain makan di Warung Nasi Ibu Imas. Tempatnya warna ijo semua. Cobain ayam bakar dan sambelnya! Enak, kenyang, murah. Recommended. ⭐
Abis makan, awalnya mau ke Taman Hutan Raya Ir. Juanda. Tapi udah kesorean kata penjaganya, waktu itu nyampe sana jam 3 sore, dan tutupnya jam 4 sore.
💡 Kalo mau ke tempat wisata, jangan lupa googling dulu jam buka dan tutupnya.
Akhirnya nyari tempat buat nyantai aja sambil menikmati sore hari dari Dago 🌄. Kami berhenti di Lisung Resto. Tempatnya tenang, view-nya ke arah kota, minumannya juga oke. Di sini aku pesen wedang biar menghangatkan tubuh.
Malam tiba, nyari makan di Sudirman Street dan sekitarnya. Di sini ada buanyak banget stand makanan, jadi pesen dan saling nyicip sampe kenyanggg. Makan kodok (swike) di tenda pinggir jalan, sate babi, sampe croissant taiyaki Kyutoyaki. Puas dah!
Btw, croissant taiyaki-nya enak banget! Manis dan gak bikin eneg. Recommended. ⭐
Ini nyari di Agoda H-1 berangkat saking spontannya. Atas rekomendasi temen dari temenku, kami ambil penginapan di The Cherry Homes Hotel. Bersih, nyaman, murah, service oke. Recommended! ⭐
***
Hari ke-2. Tempat wisata utama yang mau dikunjungi: Kawah Putih 🥳
💰 Tiket masuk (lokal): Rp 25,000/orang
💰 Parkir mobil (atas): Rp 150,000
Setelah berbulan-bulan liatnya codingan, boleh lah sesekali liat yang terang-terang begini sambil menikmati udara segarrr. Dari pintu masuk Kawah Putih, kita masih harus naik lagi untuk nyampe ke lokasi kawahnya. Jaraknya lumayan juga, jalanannya menanjak dan berkelok-kelok. Di sana ada tersedia angkot untuk nganter pengunjung ke atas (berbayar tentunya), tapi kami memutuskan untuk naik pake mobil sendiri aja. Kalau bawa mobil ke atas, dikenakan biaya Rp 150,000.
💡 Selalu jaga jarak, hindari kerumunan!
Ini dipotret dari salah satu sisi, rame banget ya di sana
Berhubung kami ada menetapkan budget untuk dikeluarin lebih banyak di wisata alam, jadi makan siangnya di rumah makan biasa di pinggir jalan aja. Toh tetep enak dan gak banyak orang. Destinasi kami berikutnya adalah ke Situ Patenggang yang ada di dalam kawasan Glamping Lakeside Rancabali.
💰 Tiket masuk: Rp 25,000/orang
Ada banyak daya tarik di sini, mulai dari fasilitas glamping (glamorous camping), Pinisi Resto yang dibangun seperti kapal pinisi, taman kelinci, perkebunan teh, golesat (seluncuran keliling perkebunan teh), dsb. Luasss banget! Setiap wahana ada tiket masuk masing-masing, misalnya Taman Kelinci Rp20,000, Golesat Rp50,000, naik perahu keliling Situ Patenggang Rp25,000. Kalau mau all-in, harganya Rp 75,000/orang.
Foto dulu di atas kapal pinisi. Btw, ini lepas masker hanya untuk berfoto ya
Uda puas foto, turun ke bawah ke Situ Patenggang. Luasnya sekitar 45,000 hektar. Di tengahnya ada pulau kecil yang disebut Pulau Asmara. Ada fasilitas naik kapal untuk keliling pulaunya dengan harga Rp 25,000/orang. Selain pakai kapal, ada jalan kecil yang menelusuri pinggir danau. Tapi enggak full mengelilingi danau, cuma sebagian aja. Kami memilih untuk jalan kaki aja, hitung-hitung sekalian olahraga daaan gratis soalnya hehehe.
💡 Situ artinya danau, telaga.
Puas menelusuri jalan kecil danau Situ Patenggang, kami pun balik. Di perjalanan (masih di daerah Rancabali), kami berhenti sebentar di Kebun Teh buat foto-foto dan menikmati udara segar~
Agak mendung ya
Gak jauh dari Rancabali, kami berlabuh ke tempat wisata terakhir: Ranca Upas
💰 Tiket masuk (lokal): Rp 20,000/orang
💰 Parkir mobil: Rp 10,000
Di sini juga kawasan camping. Ada banyak tempat wisata lagi di dalamnya, kayak penangkaran rusa, berkuda, jembatan Edelweiss, archery. Cuman kami nyampe sana udah sore sih. Jadi cuma sempet main-main sama rusa. 🦌
Di sini kita bisa beli wortel yang udah disediain di sana untuk dikasih ke rusa. Kita bisa berinteraksi langsung dengan rusa, lho. Oh ya, rusa jantan dewasa (keliatan dari adanya tanduk) lebih agresif. Trus, rusa-rusa ini juga kadang bisa pee dan buang poop sesuka mereka, jadi ati-ati ya hahaha. Ada banyak ranjau 💩 juga di sana.
💰 Wortel: Rp 10,000/ikat
Ini rusa dikasih wortel kagak buka mulut sama sekali
Yoiii itu nama rumah makannya: Kehidupan Tidak Pernah Berakhir, di Pasir Kaliki. Atas rekomendasi keras dari temenku, kami makan malam di sana sepulang dari Ciwidey. Itu rumah makan vegetarian. Ada beberapa paket nasi dan sayur. Dengan harga 20an ribu, tetap kenyang! Rasanya nikmat. Sangat menjaga kualitas semua sayur dan lauknya juga. Recommended. ⭐
Rumah makan ini udah terkenal banget dan udah sering diliput media. Mereka ada buka cabang di Jakarta juga, namanya Satu Dunia Satu Cinta.
***
Hari ke-3. Hari terakhir di Bandung. Sebelum mulai jalan balik, kami cari sarapan pagi dulu. Setelah googling dan nanya temen, ada rekomendasi untuk makan ambokueh di Jalan Kelenteng. Jualannya pake gerobak abang-abang mi ayam tepi jalan gitu. Gerobaknya persis di depan gerbang Vihara Samudra Bhakti. Di deretannya ada banyak makanan juga, ada lomie, nasi campur, dan bakmi.
💰 Rp 30,000/porsi
Makanan khas Bandung ini terdiri dari lapciong dan per-daging-babi-an, tahu, telur, timun, bawang putih, dan disiram dengan kuah yang terbuat dari tepung beras. Kuahnya kental dan manis.
Ambokueh Kelenteng
Abis sarapan, kami jalan-jalan sambil cuci mata dulu di Rumah Mode. Di sini bisa belanja pakaian, sepatu, tas, item fashion lainnya, hingga karya kerajinan tangan. Mau buat cewek atau cowok, semua ada. Ada kafe juga di sana, jadi bisa sambil ngopi dan beli eskrim. Arsitektur bangunannya menarik. Buat yang suka liat baju, belanja baju, boleh boleh mampir ke sini~
Ini adalah tempat terakhir dari perjalanan short escape kali ini. Kata temenku yang nyetir, better pulang sebelum jam sore untuk menghindari macet. Jadi kami mulai jalan pulang dari Rumah Mode sebelum jam makan siang.
Kami nyobain Sate Maranggi Haji Letty yang populer banget ini buat makan siang. Tempatnya semi-outdoor. Ada melayani pembelian drive-thru juga, keren ya.
Sesampainya di rumah makan, beuhhh ramenya bukan maen. Masuknya juga ngantri. Sedihnya, orang-orang udah enggak jaga jarak selama antri :(
Satenya emang enak banget sih. Bumbunya meresap dengan sempurna. Ada es kelapa muda juga buat menyegarkan diri di tengah panasnya hari. Abis selesai makan, langsung bayar dan cabut. Antreannya nggak habis-habis, gila! Recommended, parah! ⭐
***
Panjang yaa post kali ini. Nanggung soalnya kalau dipotong-potong, hehe.
BTW, keputusan untuk traveling di tengah pandemi tentunya harus dipikirkan baik-baik. Kalau enggak yakin, lebih baik tetap di rumah aja. Kalau mau traveling, harus penuh persiapan ya! Fisik harus sehat, item ‘perlindungan diri’ harus ada di tas. Kami selalu cuci tangan abis dari tempat wisata, pake hand sanitizer setelah bayar tiket masuk, rajin minum air. Pastiin juga tempat yang mau dikunjungi sudah menerapkan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah.
Well, semoga vaksin dapat segera difinalisasi agar pandemi segera berlalu, perekonomian semakin membaik, dan wisata Indonesia bangkit kembali.
Jaga kesehatan, ya!
🥂